Seringkali kita mendengar ungkapan “Pengalaman adalah guru terbaik”,
bahkan mungkin ungkapan ini sudah tidak asing lagi di telinga kita.
Mayoritas masyarakat di lingkungan kita hampir sama dalam memaknai arti
ungkapan tersebut. Secara umum makna unkapan dari “Pengalaman adalah
guru terbaik” yaitu suatu kejadian atau peristiwa yang menimpa
perjalanan hidup kita pada masa yang telah lewat baik peristiwa
menyenangkan maupun tidak menyenangkan, kemudian atas kejadian atau
peristiwa tersebut kita jadikan sebagai suatu pelajaran, peringatan dan
motivasi yang berharga dalam menyikapi dan menentukan langkah
perjalanan hidup berikutnya.
Pada dasarnya, kejadian atau peristiwa menyenangkan dan tidak
menyenangkan adalah sebagai suatu akibat dari apa yang telah kita
usahakan dan perjuangkan sebelumnya. Bila kita mengusahakannya dengan
cara yang salah, tanpa perencanaan matang dan pertimbangan cermat, maka
kita akan menuai hasil atau kenyataan yang tidak menyenangkan dan tidak
sesuai dengan apa yang kita harapkan. Begitupun sebaliknya, bila kita
mengusahakannya dengan cara yang benar, perencanaan matang dan
pertimbangan yang cermat, maka kita tinggal menunggu sesuatu yang
menyenangkan itu datang pada diri kita.
PENGALAMAN DALAM DUA MAKNA
Bagi penulis, “Pengalaman adalah guru terbaik” memiliki dua makna.
Pengertian ini didasarkan pada apa yang terkandung dalam kata
“pengalaman” itu sendiri. Kata “pengalaman” dapat diartikan sebagai
bagian dari kejadian atau peristiwa dalam perjalanan hidup yang terjadi
pada waktu yang telah lewat. Yang perlu digarisbawahi adalah apakah
pengalaman itu merupakan suatu kejadian atau peristiwa yang menimpa diri
sendiri atau orang lain? Berdasarkan pertanyaan ini, maka ungkapan
“Pengalaman adalah guru terbaik” memiliki dua makna jika ditinjau dari
segi orang yang tertimpa yaitu berdasarkan pengalaman diri sendiri dan
pengalaman orang lain.
a. Pengalaman diri sendiri adalah guru terbaik
Ungkapan “Pengalaman diri sendiri adalah guru terbaik” dapat
diartikan sebagai kejadian atau peristiwa yang terjadi pada waktu yang
telah lewat yang menimpa diri kita sendiri dan tidak menimpa orang lain,
kemudian dari peristiwa atau kejadian itu kita jadikan sebagai
pelajaran atau peringatan menuju langkah perjalanan hidup berikutnya.
Dalam memaknai ungkapan ini, sudah jelas bahwa kejadian menyenangkan
dan tidak menyenangkan itu memang terjadi pada diri kita sendiri bukan
atas kejadian atau peristiwa yang menimpa orang lain dan hanya diri kita
yang merasakan dan diri kita sendiri yang menanggung akibatnya.
Mengacu pada ungkapan diatas, kejadian atau peristiwa tidak
menyenangkan itu akan menjadi dasar kita untuk mengambil hikmah bahwa
kita harus berhati-hati dalam bertindak dan bertutur kata, merencanakan
dengan matang sebelum jauh melangkah dan mempertimbangkan kembali secara
cermat. Tanpa perencanaan dan pertimbangan dalam menentukan langkah
hidup, maka kemungkinan besar kita akan terjerumus pada kehidupan yang
tidak menyenangkan dan keterpurukan. Sedangkan atas kejadian atau
peristiwa yang menyenangkan, maka kita akan mengambil hikmah untuk
selalu dan terus mengikuti langkah-langkah yang kita ambil sebelum
kehidupan yang menyenangkan datang menimpa kita.
Dari uraian diatas, dapat penulis gambarkan bahwa kita belajar
memaknai hidup dengan mempelajari dan mengambil hikmah dari kejadian
atau peristiwa yang menimpa diri kita sendiri. Bila yang menimpa itu
sesuatu yang menyenangkan, maka hal itu tidaklah masalah karena telah
sesuai dengan apa yang kita harapkan sebelumnya. Akan tetapi bila yang
menimpa diri kita adalah sesuatu yang tidak menyenangkan bahkan
menyakitkan, maka hal itu akan selalu tertanam dalam benak kita
sepanjang kita belum bisa melepaskannya.
b. Pengalaman orang lain adalah guru terbaik
Dalam menyingkap makna “Pengalaman orang lain adalah guru terbaik”
maka pikiran yang ada dalam benak kita adalah kita melihat, mendengar
dan berusaha semampu kita untuk merasakan apa yang orang lain rasakan.
Sudah jelas bahwa pengertian dari ungkapan “Pengalaman orang lain adalah
guru terbaik” yaitu suatu kejadian atau peristiwa yang telah menimpa
orang lain kemudian kita belajar dari pengalaman tersebut sebagai bekal
kita dalam mengarungi perjalanan hidup kita sendiri. Dengan kata lain,
kejadian atau peristiwa itu sama sekali belum menimpa diri kita dan kita
sama sekali belum merasakannya.
Seperti telah diuraikan dalam pembahasan sebelumnya, bila yang
menimpa itu adalah sesuatu yang menyenangkan maka hal itu tidak akan
menjadikan masalah bagi kita melainkan hanya sebagai motivasi dan
pelajaran bagaimana caranya kita dapat menggapai harapan diri kita
sendiri dengan belajar dari pengalaman orang lain.
Lain halnya bila yang menimpa itu adalah sesuatu yang tidak
menyenangkan, maka keberuntungan kita yaitu dapat belajar dari
pengalaman orang lain sebelum sesuatu yang tidak menyenangkan itu
menimpa diri kita. Dengan demikian kita akan selalu hati-hati dan
waspada dalam menyikapi dan mengambil langkah kita selanjutnya. Kita
akan selalu berusaha untuk melakukan persiapan dan perencanaan yang
lebih baik agar terhindar dari rasa sakit dan keterpurukan.
MANA YANG TERBAIK DARI KEDUANYA ?
Bila kita harus memilih ungkapan mana yang sebaiknya kita ambil dalam
menentukan prinsip hidup kita? Sepintas pertanyaan ini mungkin mudah,
tapi dalam prakteknya mungkin akan tidak sesuai dengan apa yang kita
bayangkan. Poin dari pertanyaan ini sebenarnya akan lebih dominan pada
sesuatu yang tidak menyenangkan, karena untuk sesuatu yang menyenangkan
kita hanya tinggal belajar dari diri kita sendiri dan melihat perjalanan
orang lain kemudian memahami dan mempraktekkannya dalam perjalanan
berikutnya. Berbeda dengan sesuatu yang menyenangkan, dalam hal sesuatu
yang menimpa hidup kita itu adalah sesuatu yang tidak menyenangkan,
menyedihkan bahkan menyakitkan, maka kita akan dihadapkan pada efek
fisik dan psikis yang membahayakan.
Dibawah ini merupakan gambaran dari pilihan, bila kita harus memilih
salah satu dari ungkapan diatas. Gambaran ini hanya penegasan atas
kejadian atau peristiwa yang tidak menyenangkan saja.
- Bila kita memilih “Pengalaman diri sendiri adalah guru yang terbaik” maka berarti kita mempelajari setiap langkah yang telah kita lakukan, mengingatnya dalam pikiran kita dan mempraktekkanya kembali dalam langkah selanjutnya. Bila sesuatu yang tidak menyenangkan itu menimpa diri kita, maka kita akan belajar bagaimana caranya agar tidak menimpa untuk kedua kalinya. Pengalaman ini sudah jelas kita sendiri yang mengalaminya, kita sendiri yang merasakan sakitnya dan kita sendiri yang menanggung akibatnya. Kita baru belajar setelah kajadian itu secara nyata menimpa diri kita. Apakah kita tidak memiliki potensi untuk menghindarkan diri kita dari sesuatu yang tidak menyenangkan dengan melihat pengalaman orang lain ? Bukankah manusia telah dianugerahi kelebihan pikiran untuk membaca lingkungan di sekitar kita? Apakah kita akan membiarkan diri kita tertimpa sesuatu yang tidak menyenangkan setelah semuanya terjadi pada orang lain? Semuanya adalah tergantung kita memilih prinsip hidup kita terutama dalam menyikapi makna “Pengalaman adalah guru yang terbaik”.
- Bila kita memilih “Pengalaman orang lain adalah guru terbaik” maka berarti kita membaca, mempelajari dan berpikir atas kejadian atau peristiwa yang menimpa orang lain dan menjadikannya sebagai pengingat agar sesuatu yang tidak menyenangkan itu tidak menimpa diri kita. Adalah suatu keuntungan bila kita dapat belajar dari pengalaman orang lain, karena menjadikan kita akan lebih hati-hati dan cermat dalam mengambil langkah hidup kita. Kita bisa belajar dari orang-orang yang telah sukses dan menemukan kedamaian hidupnya, tetapi kita juga bisa belajar agar terhindar dari keterpurukan seperti yang telah lebih dulu menimpa orang lain. Bila kita telah belajar dari keberhasilan seseorang, bukankah itu adalah suatu keuntungan besar buat kita? Bila kita telah belajar dari seseorang yang telah tertimpa sesuatu yang tidak menyenangkan, bukankah itu suatu pelajaran berharga agar kita terhindar dari keburukan itu? Apakah kita masih akan membiarkan diri kita tertimpa sesuatu yang tidak menyenangkan setelah orang lain merasakan betapa sakit dan sedihnya? Maka, belajarlah dari pengalaman orang lain sebelum sesuatu yang tidak menyenangkan menimpa diri kita.
Dari gambaran diatas, tentunya kita bisa menentukan prinsip hidup
yang manakah yang akan kita ambil. Penulis tidak akan mengarahkan pada
pilihan tertentu, karena semuanya tergantung pada diri Anda
masing-masing. Lain orang maka lain pula cara berpikir dan mengambil
keputusannya. Semuanya tergantung pada hati nurani dan akal pikiran
Anda.
Kedua ungkapan tersebut pada dasarnya tidak bisa dipisahkan, mengapa?
karena keduanya mungkin bisa terjadi dalam hidup kita, seperti halnya
kebaikan dan keburukan yang selalu silih berganti menimpa setiap
manusia. Hanya saja manusia dengan segala kelebihan yang telah
dianugerahkan, bisa menentukan mana yang terbaik diantara yang baik.
Bukankah hidup ini adalah pilihan?
Semoga kita senantiasa terhindar dari sesuatu yang tidak menyenangkan
dan keburukan yang tidak diinginkan. Dan tetap bersabar jika memang
keburukan itu menimpa diri kita terlebih dahulu.
Prinsip hidup kita akan
menentukan kondisi harapan kita pada masa yang akan datang. Berusahalah
terhindar dari sesuatu yang tidak menyenangkan dengan belajar mengkaji
dari pengalaman orang lain.
7 komentar:
ngefans sama kamu ^3^
hah??
iya ^_^
okay not bad (90):D
kok bisa? :D
okayyyowoke thanks (^ 3 ^)
Inspiratif gan ^_^
Posting Komentar
Do not be a silent reader, but become good readers who want to give advice :D okayy guys? #ThanksBefore